Mantapnya Sambas Ke Depan Jika Terealisasi
Peluang sudah di depan mata. Kabupaten Sambas kecipratan nilai ekonomis gas. Lahan disiapkan, perputaran uang dan tenaga kerja akan meningkat. Warga diimbau bersiap-siap.
Sambas. Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas sebagai tempat pengolahan gas alam cair (Liquid Natural Gas/LNG) di Blok Natuna D-Alpha.
“Langkah awal menyambut rencana itu, Pemkab Sambas telah menyiapkan lahan seluas 8.000 hektare di Kecamatan Paloh untuk pembangunan pelabuhan,” kata Bupati Sambas Ir H Burhanuddin A Rasyid kepada Equator, Sabtu (25/9).
Kepastian lokasi pengolahan itu setelah Burhanuddin bersama pihak Bappeda Provinsi Kalbar melakukan kunjungan kerja di Jakarta belum lama ini. Menurut dia, jika sudah beroperasi diperkirakan akan banyak kapal- kapal tanker besar yang masuk di pelabuhan Paloh untuk bersandar mengisi kandungan gas alam cair di Blok Natuna D-Alpha.
Blok Natuna D Alpa memiliki cadangan gas cukup besar yakni 46 triliun kaki kubik, tetapi 70 persen cadangan gas tersebut mengandung CO2. “Sekarang tujuh konsorsium perusahaan minyak internasional sudah mengikuti proses tender, dari hasil tender tersebut, masih ada empat perusahaan yang berhak mengolah kandungan minyak tersebut,” ujar Burhanuddin yang akrab disapa Pak Dhe ini.
Pak Dhe memperkirakan jumlah uang yang berputar dari hasil kontrak kerja dengan konsorsium pemenang mencapai Rp 40 triliun. Jika LNG cepat terealisasi, dipastikan sekitar 40 atau 50 ribu tenaga kerja asing akan datang ke Sambas untuk bekerja dan tinggal di lokasi pengolahan LNG Kecamatan Paloh. “Bahkan hasil pendataan Kementerian ESDM memperkirakan untuk kebutuhan sembilan bahan pokok bagi warga asing yang datang ke Paloh memerlukan stok sembako yang besar.
Tentunya ini akan menjadi peluang yang besar juga bagi masyarakat Kabupaten Sambas,” ujar Pak Dhe. Oleh karena itu, kata dia, mulai sekarang masyarakat Kalbar khususnya warga Kabupaten Sambas jangan sampai hanya jadi penonton ketika LNG beroperasi. Sebelum perusahaan ini masuk, masyarakat harus sudah siap membekali diri mulai dari peningkatan sumber daya manusia, perkebunan, pertanian, perikanan dan hasil home industri.
“Nantinya produk itu dapat dijual kepada perusahaan dan ribuan karyawan asing dengan harga yang lebih tinggi dibanding harga pasaran. Peluang ini jangan sampai diambil warga luar, karena ini merupakan peluang kita untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan masyarakat Kabupaten Sambas,” pungkas Pak Dhe.
Kontrak pengelolaan blok Natuna D-Alpha sejak 8 Januari 1980 telah diserahkan kepada ExxonMobil saat masih bernama Esso. Pertamina mempersiapkan diri terkait pengelolaan ladang gas di laut dalam Natuna, Riau itu.
Penunjukan Pertamina itu mengakhiri ketidakpastian selama tiga tahun tentang siapa pengelola blok itu.
Sebelumnya, pemerintah menunjuk ExxonMobil sebagai pengelola utama. Namun, pada 2005 pemerintah memutus kontrak perusahaan eksplorasi migas asal AS itu. Pasalnya, hingga 20 tahun lamanya tak kunjung berproduksi.
Dalam kontrak lama, Exxon menguasai 76 persen saham dan Pertamina 24 persen. Namun, porsi bagi hasil kontrak lama sangat timpang karena Exxon mendapat 100 persen, sedangkan pemerintah nol persen. (edo)
Lihat langsung dari sumbernya : Paloh Lokasi Pengolahan LNG | Harian Equator
No comments:
Post a Comment